Kamis, 13 September 2018
Banyak orang terkejut saat tokoh kuliner Indonesia Bondan Winarno dikabarkan meninggal dunia. Pasalnya, meski sudah tak muda lagi, beliau masih terlihat sehat dan bugar. Melalui beberapa media kemudian terkuak bahwa sebenarnya sejak 2015 beliau didiagnosis mengidap aneurisma aorta, yang oleh dokternya disebut sebagai “bom waktu” yang setiap saat bisa pecah dan mematikan.
Apa itu aneurisma aorta? Siapa saja yang berisiko mengalaminya? Simak penjelasannya berikut ini.
Aneurisma adalah penggelembungan di dinding arteri (pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke bagian tubuh lain). Aneurisma yang membesar bisa meledak dan menyebabkan perdarahan bahkan kematian.
Sebagian besar aneurisma terjadi di aorta, yaitu arteri utama yang jalurnya dari jantung hingga ke dada dan perut.
Ada dua jenis aneurisma aorta:
Apa gejala aneurisma aorta?
Aneurisma biasanya tidak menimbulkan gejala yang nyata. Inilah kenapa kondisi ini sangat fatal karena penderita baru menyadari setelah penggelembungan di pembuluh darah sudah sangat besar atau terlanjur pecah, dan seringnya sudah terlambat untuk diselamatkan. Biasanya, aneurisma baru ditemukan saat pasien dengan sengaja menjalankan tes kesehatan atau medical check up.
Namun, saat aneurisma sudah membesar biasanya ada beberapa gejala yang bisa dirasakan dan harus diwaspadai:
Saat ada penggelembungan pada pembuluh darah, biasanya akan terbentuk gumpalan darah. Jika gumpalan darah ini terpecah dan mengalir ke bagian tubuh lain, ia bisa menghalangi aliran darah ke organ penting seperti paru-paru, hati, ginjal, dan membuatnya berhenti berfungsi.
Apa penyebab aneurisma aorta?
Aneurisma aorta muncul akibat ada kelemahan pada dinding aorta. Kelemahan ini bisa terjadi karena bawaan lahir, atau bisa juga terjadi saat dewasa karena beberapa kondisi berikut ini:
Aterosklerosis adalah kondisi saat arteri rusak atau tersumbat. Pada kondisi ini, plak yang berasal dari kolesterol menempel di dinding pembuluh darah dan membuatnya jadi lemah. Selain jadi penyebab utama aneurisma aorta, aterosklerosis juga sering kali menyebabkan penyakit jantung dan serangan jantung.
Tekanan darah yang tinggi memberi tekanan pada dinding aorta. Jika dibiarkan selama bertahun-tahun, tekanan ini bisa memicu penggelembungan dinding pembuluh darah.
Diabetes yang tidak dikontrol dapat membuat kondisi aterosklerosis muncul lebih awal dan lebih parah, sehingga merusak pembuluh darah dan membuatnya jadi lemah, mudah diserang gangguan lain.
Pada kondisi ini, lapisan medial pada pembuluh darah memburuk, dan ada lapisan abnormal yang melemahkan struktur pendukung dinding pembuluh darah. Ini biasanya terjadi pada beberapa penyakit keturunan seperti sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos. Terkadang juga muncul akibat penyakit katup jantung, atau saat hamil.
Terjadi saat ada bakteri yang masuk ke sistem pembuluh darah dan menyerang dinding pembuluh darah. Biasanya bakteri akan masuk melalui area yang sempat terluka atau yang lemah sejak lahir. Meski kini sudah mulai langka, di awal abad 20 salah satu penyebab utama kondisi ini adalah penyakit kelamin sipilis yang sudah parah.
Kondisi inflamasi atau vaskulitis seperti psoriasis atau rheumatoid arthritis bisa memicu peradangan di dinding pembuluh darah. Jika tidak ditangani, ini akan membuat dinding aorta menjadi lemah.
Cedera yang memengaruhi bagian dada atau perut, misalnya saat kecelakaan kendaraan atau terjatuh dengan keras, dapat merusak bagian dari aorta, membuatnya lebih lemah dan lebih mudah mengalami penggelembungan.
Siapa saja yang berisiko mengalami aneurisma aorta?
Pada sebagian besar kasus, penyebab aneurisma aorta tidak diketahui. Namun, ada beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini, yaitu:
Karena itu kesehatan jantung dan pembuluh darah harus selalu dijaga kesehatannya dengan gaya hidup sehat dan aktif. Selain itu mengonsumsi makanan atau suplemen yang kaya omega-3 seperti Nature EPA dan Tara Omega Q dapat membantu kesehatan pembuluh darah dengan cara mengikis lemak yang menghambat kelancaran pembuluh darah.
Better safe than sorry, right?
0 komentar