Tips Kesehatan

Kamis, 9 Agustus 2018

Apakah Benar Susu Kental Manis Bukanlah Susu?

Sumber : jawapos.com, doktersehat.com

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dikejutkan oleh fakta yang ditemukan oleh Center for Healthcare Policy and Reform Studies bahwa susu kental manis yang selama ini kita lihat iklannya di televisi, rupanya bukanlah susu. Sebab susu yang identik dengan bungkus kaleng itu disebut memiliki kandungan susu aslinya sangat sedikit, bahkan lebih banyak berkomposisikan gula. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan edaran No HK.06.5.51.511.05.18.2000, agar sejumlah produsen susu kental manis (SKM) mengganti label produknya dengan menghilangkan kata susu.

Sebenarnya, apa saja kandungan susu kental manis? Lalu, adakah manfaat susu kental manis? Yuk¸ kita bahas tuntas!

Pakar kesehatan menyebut “susu” sebagai produk yang dihasilkan oleh kelenjar susu yang biasanya ada pada mamalia. Manusia sendiri termasuk dalam golongan mamalia sehingga kaum hawa tentu mampu memproduksi ASI yang sangat menyehatkan. Hal ini berarti, beberapa jenis susu yang terbuat dari bahan nabati layaknya susu kedelai ternyata tidak bisa diklaim sebagai produk susu meskipun memiliki rasa dan bentuk yang sama layaknya susu.

Susu kental manis ternyata memiliki kandungan lemak dan gula yang sangat tinggi. Sementara itu, jika pada susu mamalia kandungan kalsium dan proteinnya tinggi dan sangat baik bagi tubuh, susu kental manis justru sebaliknya hanya memiliki kandungan protein dan kalsium yang sangat rendah. Susu kental manis justru hanya dianggap sebagai penggemuk badan karena kandungan lemak dan gula yang tinggi tersebut. Disinilah mitos mengapa masyarakat menganggap susu sebagai penggemuk badan berasal.

Kandungan susu kental manis sendiri sudah diatur dalam Standar Nasional Indonesia No. 2971 Tahun 2011. Di dalamnya dijelaskan bahwa:

Kandungan gula susu kental manis berkisar 51% – 56%

Kandungan lemak susu kental manis berkisar 43% – 48%

Mengonsumsi SKM tidak akan menimbulkan efek jangka pendek kepada usia dewasa. Efek baru akan timbul setelah puluhan tahun, bisa berupa penyakit diabetes atau obesitas. Efek jangka pendek hanya dapat terjadi kepada balita usia di bawah 1 tahun. Dengan kondisi usus yang belum terlalu kuat, maka dapat memicu terjadinya diare jika mengkonsumsi SKM secara rutin.

Peneliti dari Dewan Kesehatan Rakyat, Yuli Supriati mengatkaan, SKM sejatinya boleh dikonsumsi dengan syarat hanya sebagai makanan pelengkap seperti campuran membuat manisan, olesan roti, atau campuran es buah.

Sekarang sudah jelas kan bahwa kental manis bukanlah susu, tapi tetap boleh dikonsumsi dalam jumlah yang tidak banyak dan tidak diberikan kepada bayi dan balita.

 


Share this Article:
Tips Kesehatan Terkait
  • Lebaran Pantang Gendut

  • 5 Tips Menceggah Bau Mulut

  • Intermittent Fasting & Puasa Ramadan Apa Bedanya?

Komentar

0 komentar


Cari Tips Kesehatan