Tips Kesehatan

Jumat, 9 Maret 2018

Sudah Pernah Dengar Istilah Whooping Cough? Yuk Simak Penjelasannya!

Sumber : www.hopkinsmedicine.org/heic/id/pertussis/, www.bidanku.com, www.CDC.gov/features/Pertussis/

Ketika mendengar orang tersayang batuk, pasti kita akan merasa khawatir. Apalagi bila batuk yang dialami tidak juga kunjung sembuh walaupun sudah rutin minum obat. Jangan anggap enteng penyakit batuk seperti itu karena tak hanya mengganggu kegiatan harian, batuk yang berlarut hingga beberapa minggu bisa jadi pertanda kita terkena pertusis atau batuk rejan. Apakah yang dimaksud dengan batuk rejan?

Batuk rejan atau pertusis adalah penyakit yang menyerang paru-paru dan disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini akan menyerang saluran pernapasan kita dan sangat mudah menular dari satu orang ke orang lain. Batuk rejan ditandai dengan hentakan tarikan nafas yang cukup keras seperti dengkingan karena itu batuk jenis ini dikenal juga dengan istilah whooping cough. Batuk rejan dapat terjadi pada waktu yang sangat lama bahkan bisa bertahan hingga 3 bulan atau dikenal juga sebagai batuk 100 hari.

Batuk rejan baru teridentifikasi pada 7-10 hari setelah infeksi, pada masa ini secara bertahap biasanya akan disertai batuk yang khas menyerupai sedang mengambil napas yang cukup keras. Batuk rejan adalah batuk kering tanpa dahak yang bisa terjadi hingga 1 menit lamanya dengan urutan terjadinya gejala sebagai berikut:

  • Hidung beringus.
  • Hidung tersumbat.
  • Mata merah dan berair.
  • Demam.
  • Batuk.

Setelah 1 atau 2 minggu, tanda-tanda dan gejala memburuk. Batuk yang parah dan berkepanjangan dapat:

  • Terdengar seperti mau muntah.
  • Menyebabkan wajah berwarna merah atau biru.
  • Menyebabkan kelelahan ekstrem.
  • Suara tinggi melengking saat menarik napas.

Batuk rejan bisa terjadi pada siapa saja baik bayi, anak-anak maupun dewasa. Pada bayi, batuk rejan cukup berbahaya terlebih bagi bayi berusia dibawah 6 bulan. Anak usia dibawah 18 bulan yang terkena batuk rejan harus diawasi setiap saat terlebih saat batuk-batuk, karena saat terjadi batuk yang hebat akan ada risiko terjadi hingga anak tidak bisa bernapas. Batuk rejan bisa membuat si penderitanya kekurangan oksigen dalam darahnya. Selainn itu, dapat pula terjadi komplikasi, misalnya seperti pneumonia. Bahkan penderita batuk jenis ini bisa secara tidak sengaja melukai tulang rusuk hingga kerusakan otak mereka karena hembusan batuk yang terlalu keras.

Pencegahan dan Penanganannya

Vaksinasi atau imuniasi batuk rejan bisa ditemukan saat anak atau bayi menjalani vaksinasi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus). Sayangnya meski sudah ada vaksinnya, namun batuk rejan masih bisa menyerang terlebih pada bayi yang belum lengkap imunisasinya dan pada orang dewasa yang kekebalan tubuhnya telah memudar.

Mungkin banyak diantara anda yang bertanya bagaimana cara mengobati batuk rejan atau batuk 100 hari yang dialami saat ini. Nah, sebagai gambaran berikut ini adalah pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengobati pertusis atau batuk rejan.

  • Batuk jenis ini dapat diobati dengan menggunakan antibiotik.
  • Konsumsi antibiotik sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter dan pastikan bila anda menghabiskan obat tersebut.
  • Tanpa konsumsi antibotik, penderita akan dapat menularkan penyakitnya selama 3 minggu awal dari timbulnya gejala pada si penderita.
  • Seorang penderita tidak akan menularkan bakteri pertusis setelah mengkonsumsi antibiotik yang tepat selama 5 hari.
  • Bila konsumsi antibiotik memberikan efek samping bermasalah untuk tubuh, segera hubungi dokter.
  • Selain itu, diperlukan obat yang dapat membantu meredakan atau memulihkan batuk yang dirasakan.

Share this Article:
Tips Kesehatan Terkait
  • 5 Tips Menceggah Bau Mulut

  • Intermittent Fasting & Puasa Ramadan Apa Bedanya?

  • Mandi menyenangkan dengan sabun kaya manfaat

Komentar

0 komentar


Cari Tips Kesehatan